TEKNO - Kehidupan Sam Bankman-Fried, yang pernah menjadi bintang bersinar di jagat kripto, kini berubah drastis. Pria yang dijuluki "raja" kripto ini harus menerima kenyataan pahit di balik jeruji besi setelah terbukti bersalah atas serangkaian kejahatan finansial yang merugikan miliaran dolar.
Lahir pada 5 Maret 1992 di Stanford, California, Sam Bankman-Fried, atau yang akrab disapa SBF, tumbuh di lingkungan akademis yang kental. Kedua orang tuanya adalah profesor di Universitas Stanford, yang menanamkan nilai-nilai etika dan filosofi moral padanya. Sejak kecil, SBF menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang matematika, yang kemudian mengantarkannya ke Massachusetts Institute of Technology (MIT). Di sana, ia menemukan gairah baru dalam konsep "effective altruism", keyakinan bahwa menghasilkan kekayaan besar untuk kemudian disumbangkan dapat memberikan dampak positif terbesar bagi masyarakat.
Motivasi inilah yang mendorong SBF untuk terjun ke dunia keuangan. Setelah lulus pada 2014, ia bergabung dengan firma perdagangan Jane Street di New York, bahkan mulai menyumbangkan separuh gajinya. Namun, SBF tak berhenti di situ. Pada tahun 2017, ia mendirikan Alameda Research, sebuah perusahaan perdagangan Bitcoin dan mata uang digital lainnya. Kejeliannya melihat perbedaan harga Bitcoin di berbagai bursa membuahkan hasil manis, menghasilkan jutaan dolar hanya dalam waktu singkat.
Puncak kariernya terjadi pada 2019 ketika ia mendirikan bursa perdagangan kripto FTX, yang beroperasi di Hong Kong. FTX dengan cepat menjadi salah satu platform terbesar di dunia, menawarkan kemudahan dalam bertransaksi dan menyimpan aset kripto. Tak hanya itu, SBF juga menciptakan mata uang kripto miliknya sendiri, FTT. Ia tak ragu menggelontorkan ratusan juta dolar untuk mempromosikan FTX, menggandeng selebriti papan atas seperti Tom Brady dan Gisele Bündchen, serta aktor Larry David dalam iklan Super Bowl. Ia bahkan menjadi pembicara di acara Crypto Bahamas yang dihadiri tokoh dunia seperti Bill Clinton dan Tony Blair.
Pada awal 2022, FTX mencapai valuasi fantastis senilai $32 miliar, bahkan $40 miliar jika termasuk operasi di Amerika Serikat. Kekayaan pribadi SBF sendiri sempat menyentuh angka $26 miliar. Ia terus berpegang pada prinsipnya untuk mengumpulkan kekayaan demi tujuan mulia. Namun, badai mulai menerjang pada November 2022.
Titik balik terjadi setelah Coindesk merilis laporan yang mengungkap bahwa lebih dari $5 miliar aset Alameda Research adalah token FTT milik FTX. Hal ini menimbulkan kecurigaan besar, mengingat SBF selalu mengklaim kedua entitas tersebut terpisah, padahal ia memiliki kepemilikan mayoritas di keduanya. Reaksi berantai tak terhindarkan. Changpeng Zhao dari Binance mengumumkan rencana penjualan $500 juta aset FTT, memicu kepanikan di kalangan 1, 2 juta pengguna FTX yang berbondong-bondong menarik dana mereka.
Ternyata, Alameda telah meminjam miliaran dolar dana pelanggan FTX dengan token FTT sebagai jaminan. Menurunnya nilai FTT membuat Alameda tak mampu melunasi pinjamannya, menyebabkan FTX menghentikan semua penarikan dana. Upaya SBF mencari investor baru gagal, dan pada 10 November 2022, aset FTX dibekukan di Bahama. Keesokan harinya, FTX, FTX.US, Alameda, dan 130 entitas terkait mengajukan kebangkrutan. Kekayaan SBF pun lenyap seketika.
Penyelidikan federal pun segera diluncurkan. SBF ditangkap di Bahama pada 12 Desember 2022 dan diekstradisi ke Amerika Serikat sehari kemudian, menghadapi delapan dakwaan termasuk penipuan, pencucian uang, dan pelanggaran kampanye. Setelah membayar uang jaminan sebesar $250 juta dengan bantuan orang tuanya yang menggadaikan rumah, ia dibebaskan dengan tahanan rumah di kediaman orang tuanya.
Kehidupan SBF di luar penjara tak kalah dramatis. Ia diduga menunjukkan tulisan pribadi mantan pacarnya, Caroline Ellison, kepada The New York Times, yang berujung pada tuduhan menghalangi penyelidikan. Pada 11 Agustus 2023, SBF resmi menjadi penghuni Metropolitan Detention Center (MDC) di Brooklyn.
Sidang SBF dimulai pada 3 Oktober 2023. Tiga mantan koleganya, termasuk pendiri FTX Gary Wang dan mantan CEO Alameda Caroline Ellison, bersaksi melawan SBF. Wang mengungkapkan bahwa SBF memerintahkannya untuk mengubah kode komputer agar Alameda dapat menarik dana pelanggan FTX tanpa batas. Ellison memaparkan bagaimana SBF menginstruksikannya untuk menyajikan laporan keuangan palsu kepada pemberi pinjaman.
SBF sendiri naik podium untuk membela diri. Ia mengakui kesalahan manajemen risiko di FTX, namun mengelak tuduhan mengetahui aliran dana pelanggan ke Alameda. Ia justru menyalahkan Ellison atas keruntuhan Alameda. Namun, di bawah pemeriksaan silang, jaksa membantahnya dengan menunjukkan bukti pernyataan sebelumnya yang kontradiktif.
Pada 2 November 2023, juri memutuskan SBF bersalah atas tujuh dakwaan. Vonis dijatuhkan pada 28 Maret 2024, yaitu 25 tahun penjara. Ia juga diperintahkan untuk membayar denda sebesar $11 miliar. Saat ini, SBF tengah menjalani masa hukumannya di Terminal Island, sebuah lembaga pemasyarakatan federal berkeamanan rendah di San Pedro, California.
Kisah kejatuhan Sam Bankman-Fried telah menginspirasi berbagai karya, termasuk buku "Going Infinite" karya Michael Lewis dan adaptasi film yang sedang dalam pengerjaan. Netflix pun tengah mempersiapkan serial drama tentang SBF dan keruntuhan FTX, dengan aktor Anthony Boyle memerankan SBF. (PERS)

Updates.