GAZA - Di tengah harapan meredanya konflik, kabar tak mengenakkan datang dari Jalur Gaza. Militer Israel dilaporkan kembali melancarkan serangan udara di Rafah pada Minggu (19/10/2025), memicu kekhawatiran baru meskipun gencatan senjata dengan kelompok Hamas seharusnya sudah berlaku. Laporan ini pertama kali disiarkan oleh media setempat, menambah daftar panjang ketidakpastian di wilayah yang telah dilanda perang berkepanjangan.
Media penyiaran publik Israel, KAN, mengabarkan bahwa serangan tersebut terjadi setelah adanya baku tembak yang melibatkan kelompok perlawanan Palestina. Ini menjadi alasan yang dikemukakan pihak Israel terkait respons militer mereka.
Lebih lanjut, Channel 12 melaporkan klaim bahwa serangan udara itu merupakan respons atas kendaraan militer Israel yang disebut menjadi sasaran para pejuang Hamas. Hingga berita ini diturunkan, belum ada komentar resmi dari Hamas mengenai dalih yang disampaikan oleh pihak Israel.
Peristiwa ini terjadi menyusul kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas yang berhasil dicapai pekan lalu. Kesepakatan tersebut merupakan bagian dari rencana perdamaian yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump. Fase awal kesepakatan mencakup pertukaran sandera warga Israel dengan tahanan Palestina. Sementara itu, fase selanjutnya diharapkan akan meliputi rekonstruksi Gaza serta pembentukan pemerintahan baru di wilayah tersebut, tanpa melibatkan Hamas.
Sejak Oktober 2023, Jalur Gaza telah menjadi saksi bisu dari perang yang digambarkan oleh otoritas kesehatan setempat sebagai perang genosida. Angka korban jiwa akibat serangan Israel dilaporkan telah menembus lebih dari 68.100 orang, dengan 170.200 lainnya mengalami luka-luka. Situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, meninggalkan luka mendalam bagi para penyintas. (PERS)