JAKARTA - Kabar baik datang dari industri energi nasional. Seluruh pengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta kini telah merangkul Pertamina dalam sebuah kesepakatan negosiasi ihwal pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM). Langkah ini menandai babak baru dalam upaya harmonisasi pasokan BBM di tanah air, sebuah proses yang saya pribadi rasakan penting untuk kedaulatan energi kita.
“Semua sudah bernegosiasi sekarang. Sebelumnya kan ada yang belum, sekarang yang belum itu sudah bernegosiasi, ” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, dengan nada optimis. Pernyataan ini dilontarkannya usai Upacara Hari Jadi Pertambangan dan Energi yang khidmat digelar di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, pada Jumat lalu. Ada kelegaan tersendiri mendengar kabar ini, karena keterlambatan negosiasi sebelumnya sempat menimbulkan kekhawatiran.
Sebelumnya, hanya tiga perusahaan yang secara aktif menjalin negosiasi, yakni PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) dan PT Aneka Petroindo Raya (APR) yang mengelola SPBU BP. Namun kini, lanskap negosiasi telah meluas, mencakup seluruh pemain swasta.
Di sisi lain, pada pekan kedua Oktober, Exxon dan Shell memang sempat menginformasikan adanya jeda dalam pembicaraan. Shell perlu melakukan koordinasi internal dengan kantor pusatnya, sementara Exxon masih memiliki stok yang memadai untuk kebutuhan November, sehingga mereka berencana mendiskusikan lebih lanjut untuk periode berikutnya. Namun, kini semua telah bergerak maju.
“Nah, sebelumnya ada yang belum negosiasi, sekarang semuanya sudah bernegosiasi. Tapi, hasil akhirnya seperti apa, itu kita tunggu dulu sampai BBM di SPBU-nya, ” kata Laode, mengingatkan bahwa hasil akhir akan terlihat nyata ketika pasokan BBM sudah tersedia di SPBU masing-masing.
Lebih lanjut, Laode Sulaeman menambahkan bahwa dari seluruh perusahaan yang kini bernegosiasi dengan Pertamina, sudah ada tiga perusahaan yang menyatakan kesepakatan untuk membeli. Sayangnya, identitas ketiga perusahaan tersebut masih dirahasiakan hingga pasokan BBM benar-benar tersedia di SPBU mereka. Sebuah langkah antisipatif yang patut diapresiasi.
Poin terpenting yang berhasil diperbaharui dalam negosiasi terakhir ini adalah fokus pada pengecekan kualitas BBM di titik awal pengiriman atau loading port. Ini adalah aspek krusial yang menjadi landasan kesepakatan bersama.
“Itu (pengecekan di loading port) menjadi titik penting dalam negosiasi terakhir, yang disepakati sekarang, ” tegas Laode Sulaeman, menggarisbawahi signifikansi langkah ini untuk menjamin kualitas BBM yang sampai ke tangan konsumen.

Danu