Jejak Putin: Dari Agen KGB Hingga Pemimpin Rusia Terlama

    Jejak Putin: Dari Agen KGB Hingga Pemimpin Rusia Terlama
    Vladimir Putin

    POLITIK - Siapa sangka, di balik tampang dingin dan keputusan politik yang kerap mengejutkan dunia, Vladimir Putin memiliki jejak langkah yang panjang dan berliku. Sebelum dikenal sebagai wajah utama Kremlin, pria kelahiran 7 Oktober 1952 di Leningrad, Uni Soviet, ini pernah mengasah kemampuannya di lorong-lorong gelap organisasi intelijen paling disegani di masanya: KGB. Ia bukan sekadar mantan perwira, melainkan seorang agen yang ditempa dalam dunia spionase, sebuah pengalaman yang niscaya membentuk cara pandangnya terhadap dunia.

    Perjalanan Putin dari seorang agen intelijen menjadi pemimpin negara adidaya bukanlah sebuah kebetulan. Ia memegang rekor sebagai presiden terlama di Rusia, bahkan menempatkannya sebagai presiden Eropa kedua terlama saat ini. Namun, bagaimana sebenarnya kisah hidup dan karier yang membawanya ke puncak kekuasaan ini? Mari kita selami lebih dalam.

    Vladimir Vladimirovich Putin lahir di tengah hiruk pikuk pasca-Perang Dunia II. Ia adalah bungsu dari tiga bersaudara, buah cinta Vladimir Spiridonovich Putin dan Maria Ivanovna Putina. Kisah keluarga Putin sendiri sudah menarik; sang kakek, Spiridon Putin, pernah mengemban tugas sebagai juru masak pribadi bagi tokoh-tokoh besar seperti Vladimir Lenin dan Joseph Stalin. Sementara sang ayah bertugas di Angkatan Laut Soviet, ibunya bekerja di pabrik.

    Masa kecil Putin dihabiskan di apartemen komunal di St. Petersburg. Pendidikan dasarnya dimulai di Sekolah Dasar No. 193 pada tahun 1968, dilanjutkan ke SMA No. 281 yang bernaung di bawah Institut Teknologi, dan lulus pada tahun 1970. Tak berhenti di situ, ia melanjutkan studi hukum di St. Petersburg State University, lulus pada tahun 1975 dengan tesis berjudul ‘The Most Favored Nation Trading Principle in International Law’. Setelah mengayomi bangku kuliah, ia sempat bergabung dengan Partai Komunis Uni Soviet sebelum negara itu akhirnya bubar.

    Tahun 1975 menandai titik balik penting dalam hidup Putin. Ia resmi bergabung dengan Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB), badan intelijen Soviet yang reputasinya mendunia. Selama lima belas tahun, ia mengabdikan diri sebagai perwira intelijen asing, bahkan sempat menghabiskan enam tahun bertugas di Dresden, Jerman Timur. Pengalaman inilah yang kemungkinan besar memberinya pemahaman mendalam tentang dinamika internasional.

    Pada tahun 1987, Putin menikah dengan Lyudmila, seorang penerjemah bahasa asing. Dari pernikahan ini, lahir dua putri mereka, Katya dan Masha. Namun, kehidupan pribadi tak menghalangi karier profesionalnya. Pada tahun 1990, Putin memutuskan pensiun dari KGB dengan pangkat Letnan Kolonel. Keputusan ini membawanya kembali ke Moskow, di mana ia mengambil peran sebagai asisten rektor urusan internasional di Universitas Negeri Leningrad (kini St. Petersburg University).

    Di kota kelahirannya, Putin juga terlibat dalam pemerintahan kota. Ia menjadi penasihat ketua Dewan Kota Leningrad dan menjalin kedekatan dengan Anatoly Sobchak, seorang profesor hukum bisnis yang kemudian menjadi politisi ulung dan walikota pertama St. Petersburg yang dipilih secara demokratis. Berkat kemampuannya yang mumpuni dalam penyelesaian masalah, Putin dipercaya menjadi orang kepercayaan Sobchak, bahkan naik jabatan menjadi wakil walikota St. Petersburg pada tahun 1994.

    Namun, dunia politik selalu penuh gejolak. Kekalahan Sobchak dalam pemilihan umum tahun 1996 menjadi penanda bagi Putin untuk hijrah ke Moskow. Di sana, ia mulai menapaki tangga karier di lingkaran kekuasaan federal. Tahun 1998, ia diangkat menjadi wakil kepala administrasi Kremlin, bertanggung jawab atas hubungan Kremlin dengan pemerintah daerah. Tak lama berselang, ia dipromosikan menjadi kepala Dinas Keamanan Federal (FSB) dan kemudian menjadi sekretaris Dewan Keamanan.

    Puncak karier politiknya di awal mula terkuak pada Agustus 1999. Boris Yeltsin, presiden kala itu, menunjuk Vladimir Putin sebagai Perdana Menteri Rusia, sebuah posisi yang mungkin belum banyak dikenal publik. Popularitasnya meroket seiring keberhasilannya melanjutkan kampanye militer di Chechnya, memberantas gerakan separatis yang mengancam integritas negara.

    Hanya dalam hitungan bulan, takdir kembali berpihak pada Putin. Desember 1999, Boris Yeltsin mengajukan pengunduran diri, dan Vladimir Putin resmi menjabat sebagai pejabat presiden sementara. Titik kulminasi terjadi pada Maret 2000, ketika ia memenangkan pemilihan presiden dengan meraih 53 persen suara, secara resmi menduduki kursi nomor satu di Rusia.

    Sebagai presiden, Putin bertekad membasmi korupsi dan membangun fondasi ekonomi yang kokoh. Ia juga menegaskan kendali atas 89 wilayah Rusia, membaginya menjadi tujuh distrik federal yang masing-masing diawasi oleh wakil presiden. Hak gubernur regional untuk duduk di Dewan Federasi pun dihapus, sekaligus memangkas kekuatan para oligarki yang dianggap terlalu berpengaruh.

    Di kancah internasional, Putin menunjukkan sikap tegasnya. Pada tahun 2001, ia bersama Kanselir Jerman Gerhard Schroder dan Presiden Prancis Jacques Chirac menentang rencana invasi Irak oleh Amerika Serikat dan Inggris. Perlahan namun pasti, ekonomi Rusia yang terpuruk sejak 1990-an mulai bangkit, membawanya terpilih kembali sebagai presiden pada Maret 2004.

    Konstitusi Rusia membatasi masa jabatan dua periode berturut-turut, memaksa Putin mundur pada tahun 2008. Ia kemudian menunjuk Dmitry Medvedev sebagai penggantinya, yang kemudian memenangkan pemilihan presiden. Putin sendiri didapuk menjadi ketua Partai Rusia Bersatu, dan tak lama kemudian, Medvedev mengukuhkannya sebagai Perdana Menteri pada Mei 2008.

    Kembalinya Vladimir Putin ke kursi kepresidenan terjadi pada 4 Maret 2012. Ia kembali memimpin Rusia, dengan Medvedev beralih posisi menjadi Perdana Menteri. Periode ini diwarnai penahanan terhadap beberapa pemimpin oposisi dan pelabelan organisasi non-pemerintah yang menerima dana asing sebagai 'agen asing'. Ketegangan dengan Amerika Serikat memuncak pada Juni 2013, saat kontraktor NSA Edward Snowden mencari perlindungan di Rusia.

    Di sisi lain, Putin juga menunjukkan sisi kemanusiaan dengan membebaskan 25 ribu narapidana, termasuk Mikhail Khodorkovsky, taipan minyak yang telah mendekam di penjara selama satu dekade. Tahun 2018 menjadi saksi bisu kembalinya Putin memenangkan pemilihan presiden, mengukuhkan posisinya sebagai presiden terlama dalam sejarah Rusia hingga 2024.

    Perubahan konstitusional yang signifikan terjadi pada 15 Januari 2020, ketika Perdana Menteri Medvedev dan kabinetnya mengundurkan diri. Langkah ini membuka jalan bagi Putin untuk melakukan amandemen konstitusi yang memberinya keleluasaan memperpanjang masa kekuasaan politiknya.

    Tahun 2022 menjadi babak baru yang penuh kontroversi. Pada 21 Februari, Putin mengakui kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) di wilayah Ukraina. Ini menyusul langkah Rusia mencaplok Krimea pada 2014. Puncaknya, pada 24 Februari 2022, Putin menyetujui 'operasi militer' di Ukraina, yang oleh Amerika dan Eropa dianggap sebagai aksi invasi. Alasan yang dikemukakan Putin adalah kekhawatiran Rusia terhadap potensi Ukraina bergabung dengan NATO, yang dianggap sebagai ancaman keamanan. (PERS)

    vladimir putin rusia politik sejarah kgb kepemimpinan
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Ren Zhengfei: Dari Insinyur Sipil ke Raja...

    Artikel Berikutnya

    Nadiem Makarim: Dari Pendiri Gojek Hingga...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Pelayanan Sore Aiptu Ruswin Cegah Kemacetan di Bawah Fly Over Cikampek 
    Bhabinkantibmas dan Babinsa Beri Rasa Nyaman Pembagian Bantuan Pangan di Desa Tirtasari Wilkum Polsek Cikampek 
    Personil Polsek Cikampek Aiptu Nana Pengamanan Penyaluran Bantuan Pangan di Desa Parakanmulya Guna Kelancaran Giat 
    Patroli Malam Minggu Polsek Cikampek Cegah C3 Sasar Jalur Interchange Kalihurip dan Kawasan Indotaisei 
    Cegah C3, Tawuran dan Gank Motor, Patroli Subuh Połsek Cikampek Pantau Jalur Dawuan 

    Ikuti Kami