JAKARTA - Pemerintah Indonesia berhasil menggalang dana segar senilai Rp28 triliun melalui lelang sembilan seri Surat Utang Negara (SUN) yang digelar pada 21 Oktober 2025. Langkah ini merupakan bagian dari strategi pembiayaan negara yang terus dioptimalkan.
Menurut data resmi dari Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, yang dirilis di Jakarta pada Rabu (22/10/2025), total penawaran yang masuk ke lelang kali ini mencapai Rp117, 5 triliun. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian lelang SUN sebelumnya pada 7 Oktober 2025 yang berhasil mengumpulkan Rp126, 16 triliun.
Serapan terbesar datang dari seri SPN12261008, yang merupakan pembukaan kembali (reopening), berhasil dimenangkan oleh pemerintah senilai Rp5 triliun dari total penawaran Rp9, 36 triliun. Seri ini menawarkan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 4, 65000 persen dengan tanggal jatuh tempo pada 8 Oktober 2026, memberikan kepastian bagi investor jangka pendek.
Selanjutnya, seri FR0108, juga melalui mekanisme pembukaan kembali, menyusul dengan penyerapan dana sebesar Rp4, 9 triliun dari tawaran yang masuk mencapai Rp23, 62 triliun. Seri ini memiliki imbal hasil rata-rata tertimbang yang menarik sebesar 5, 89608 persen dan akan jatuh tempo pada 15 April 2036, cocok bagi investor yang mencari imbal hasil stabil dalam jangka menengah.
Seri FR0106 mencatatkan penawaran masuk tertinggi di antara semua seri yang dilelang, yakni Rp32, 68 triliun. Namun, dari jumlah tersebut, pemerintah menyerap dana senilai Rp4, 5 triliun. Seri ini menawarkan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 6, 33622 persen dengan jatuh tempo yang lebih panjang pada 15 Agustus 2040.
Dari seri FR0107, pemerintah berhasil menyerap dana sebesar Rp3, 55 triliun dari total penawaran Rp8, 89 triliun. Seri ini menawarkan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 6, 45534 persen dan akan jatuh tempo pada 15 Agustus 2045, menjadi pilihan bagi investor yang mengincar instrumen jangka panjang dengan potensi imbal hasil kompetitif.
Serupa dengan FR0107, seri FR0109 juga berhasil diserap senilai Rp3, 55 triliun, meskipun penawaran masuknya jauh lebih besar, yaitu Rp24, 54 triliun. Seri ini memiliki imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 5, 28994 persen dengan tanggal jatuh tempo pada 15 Maret 2031, menawarkan keseimbangan antara tenor dan imbal hasil.
Serapan dana berikutnya berasal dari seri FR0102 yang dimenangkan senilai Rp2, 6 triliun dari penawaran masuk Rp8, 26 triliun. Seri ini menawarkan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 6, 70723 persen dengan jatuh tempo paling jauh di antara seri yang berhasil diserap, yaitu 15 Juli 2054.
Inisiatif penerbitan baru juga terlihat dari seri SPN01251122, yang merupakan surat perbendaharaan negara jangka pendek. Seri ini hampir terserap penuh, dengan penyerapan dana sebesar Rp2 triliun dari penawaran masuk Rp2, 07 triliun. Imbal hasil rata-rata tertimbang yang ditawarkan adalah 4, 63442 persen dengan jatuh tempo pada 22 November 2025.
Serapan terakhir datang dari seri FR0105 (pembukaan kembali) yang berhasil menyerap dana Rp1, 9 triliun dari penawaran masuk Rp7, 42 triliun. Seri ini menawarkan imbal hasil rata-rata tertimbang sebesar 6, 73000 persen dengan jatuh tempo pada 15 Juli 2064, menjadi salah satu instrumen jangka panjang yang diminati.
Menariknya, untuk seri SPN03260121 yang merupakan penerbitan baru, pemerintah memutuskan untuk tidak menyerap dana sama sekali meskipun telah menerima penawaran masuk senilai Rp650 miliar. Keputusan ini mengindikasikan adanya pertimbangan strategis dari sisi pemerintah dalam mengelola utang negara. (PERS)