JAKARTA - Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara, mengulurkan tangan kepada para investor dari China untuk menjalin kemitraan strategis dalam mengembangkan sektor industri durian di wilayah transmigrasi Indonesia. Ajakan ini lahir dari kesadaran akan potensi besar yang dimiliki Indonesia, mulai dari bentang alamnya yang subur hingga ketersediaan tenaga kerja yang melimpah.
Gagasan mulia ini mengemuka di sela-sela acara Open House 24 Jam Penuh di Kantor Kementerian Transmigrasi, Jakarta, pada Sabtu (18/10/2025). Berawal dari sebuah dialog yang mencerahkan dengan seorang mahasiswi doktoral asal China, Iftitah melihat adanya kesempatan emas untuk menciptakan simbiosis mutualisme yang menguntungkan kedua belah pihak. Ia merespons pertanyaan kritis mengenai manfaat program transmigrasi, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga bagi bangsa Tiongkok.
Peluang ini semakin menguat ketika Iftitah memaparkan fakta mengejutkan: China merupakan salah satu konsumen durian terbesar di dunia, dengan nilai impor tahunan yang fantastis, mencapai sekitar Rp115 triliun. Namun, ironisnya, China tidak diberkahi kondisi geografis yang ideal untuk membudidayakan komoditas primadona ini. Di sinilah letak keunggulan Indonesia, dengan iklim tropisnya yang bersahabat dan hamparan lahan luas yang sangat mumpuni untuk pengembangan durian.
“China itu belanja duriannya Rp115 triliun rupiah per tahun. Tapi cari daerah di China yang bisa nanam durian tidak ada. Di Indonesia, hampir di tiap tempat bisa untuk menanam durian, ” ungkap Iftitah dengan semangat.
Menangkap momentum tersebut, Iftitah secara gamblang menawarkan sebuah kerja sama yang konkret: kemitraan investasi. Modelnya sederhana namun berdaya ungkit tinggi, yakni kolaborasi antara investor China dengan kawasan transmigrasi di Indonesia untuk membangun perkebunan durian yang berorientasi ekspor, sekaligus meningkatkan nilai tambah produk secara lokal.
“Jadi saya mengajak mereka bawa uangnya, bawa teknologinya, kami siapkan lahan dan tenaga kerjanya di Indonesia untuk kita menanam durian, ” tegasnya, menunjukkan keseriusan dalam mewujudkan visi ini.
Lebih lanjut, ia menambahkan, hasil panen durian ini tidak hanya akan dinikmati oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga akan diekspor ke China dengan kualitas dan produktivitas yang jauh lebih baik. Hal ini tentu akan memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
“Dan nanti selain dikonsumsi untuk rakyat Indonesia, kami juga akan kirim ke China dengan produktivitas yang lebih bagus, kualitas yang lebih bagus, ” ujar Iftitah.
Kolaborasi lintas negara ini diprediksi akan memberikan dampak positif yang berlipat ganda. Tidak hanya akan memperkuat perekonomian masyarakat transmigran, tetapi juga membuka pasar ekspor buah-buahan Indonesia lebih luas. Lebih dari itu, program ini akan mentransformasi kawasan transmigrasi menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang dinamis dan produktif.
Meski demikian, Iftitah mengakui bahwa detail teknis mengenai bentuk investasi, mekanisme pelaksanaan, skema kerja sama, serta penentuan wilayah transmigrasi prioritas masih dalam tahap penjajakan lebih lanjut. Namun, ia menegaskan komitmen Kementerian Transmigrasi untuk terus membuka pintu lebar-lebar bagi investasi internasional.
Kementerian Transmigrasi memiliki potensi besar dengan lebih dari 500 ribu hektare lahan transmigrasi yang produktif, siap dikembangkan untuk berbagai industri dan sektor pertanian yang berorientasi ekspor.
“Kami sedang melakukan inventarisasi lahan transmigrasi. Kami masih punya sekitar lebih dari 500.000 hektare tanah yang bisa kita kelola dan kita kembangkan, ” tutup Iftitah, memberikan gambaran luasan potensi yang luar biasa. (PERS)