Bonnie Triyana: Sejarawan, Politisi, dan Penggerak Sejarah Indonesia

    Bonnie Triyana: Sejarawan, Politisi, dan Penggerak Sejarah Indonesia
    Bonnie Triyana

    POLITISI - Lahir pada 27 Juni 1979 di Rangkasbitung, Banten, nama Bonnie Triyana kini identik dengan sosok sejarawan, politikus PDI Perjuangan, dan kurator museum yang berdedikasi pada sejarah Indonesia. Perjalanannya dimulai dari bangku kuliah di Universitas Diponegoro, Semarang, jurusan sejarah, yang ia selesaikan pada tahun 2003. Minatnya yang mendalam terhadap masa lalu semakin terasah dengan melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Indonesia pada tahun 2005.

    Kini, Bonnie dipercaya memegang tampuk kepemimpinan sebagai pemimpin redaksi Majalah Historia, sebuah pionir majalah sejarah populer di Indonesia. Inspirasi untuk menghidupkan kembali gairah sejarah melalui media cetak datang dari majalah serupa di Brasil. Dimulai sebagai situs web pada 2010, Historia menjelma menjadi edisi cetak yang dinanti pada 2012, membuktikan eksistensinya sebagai sumber informasi sejarah yang kredibel.

    Tak hanya berkiprah di dunia literasi, Bonnie Triyana juga aktif dalam pelestarian warisan budaya. Ia adalah salah satu penggagas berdirinya Museum Multatuli di Rangkasbitung, Banten. Museum ini didirikan di sebuah gedung bersejarah peninggalan tahun 1923 yang dulunya merupakan kantor Wedana, sebuah pengingat akan masa kolonial. Selain itu, ia juga terlibat dalam upaya penyelamatan gedung Sarekat Islam di Semarang, sebuah bangunan yang memiliki nilai historis tinggi bagi gerakan anti-kolonial di Hindia Belanda.

    Pengalaman Bonnie Triyana tak luput dari sorotan internasional. Pada awal 2022, ia berkesempatan menjadi kurator tamu untuk pameran Revolusi Nasional Indonesia di Rijksmuseum, Amsterdam. Namun, partisipasinya memicu kontroversi di Belanda. Dalam sebuah editorial, ia menyuarakan pandangannya agar istilah "Bersiap" dihilangkan dari pameran. Baginya, penggunaan istilah tersebut dapat menyederhanakan narasi revolusi dan memperkuat stereotip negatif terhadap bangsa Indonesia.

    Pendapatnya ini menimbulkan reaksi keras dari Federasi Belanda Indonesia, yang melaporkannya ke polisi Belanda. Triyana dituduh melakukan stigmatisasi terhadap para penyintas periode tersebut dan meremehkan kekerasan yang terjadi. Meski polisi memutuskan untuk tidak melanjutkan dakwaan, Rijksmuseum tetap menggunakan istilah tersebut, sembari mencatat bahwa pandangan Triyana adalah opini pribadinya.

    Menyongsong masa depan yang lebih luas, Bonnie Triyana juga terjun ke dunia politik. Ia menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, memulai masa jabatannya pada 1 Oktober 2024, mewakili Daerah Pemilihan Banten I. Perolehan suaranya yang signifikan, 36.516 pada Pemilu 2024, menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap visi dan misinya.

    Di luar kiprahnya sebagai sejarawan dan politikus, Bonnie Triyana juga dikenal sebagai pribadi yang peduli pada akar budayanya. Ia pernah tinggal di Sumatera mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai manajer perkebunan, pengalaman yang mungkin membentuk perspektifnya yang luas.

    Dedikasi Bonnie Triyana dalam mengawal sejarah dan membangkitkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya Indonesia terus berlanjut, menjadikannya sosok inspiratif di berbagai bidang. (PERS

    bonnie triyana sejarah indonesia majalah historia budaya politik kurator pdi perjuangan pelestarian kontroversi nasionalisme
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    KRI Alamang-644 Berhasil Melaksanakan Penyelamatan...

    Artikel Berikutnya

    Tia Rahmania: Perjalanan Politik yang Berliku...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Sinergitas Bhabinkamtibmas Bersama Babinsa Melaksanakan Kerja Bakti Dengan Warga
    Kapolri Dampingi Presiden Cek Lokasi Pengungsian Korban Banjir di Tapanuli Tengah
    TNI Berikan Sentuhan Natal di Titigi: Kesehatan, Komsos, dan Bingkisan Damai
    Dekat dengan Rakyat, Babinsa Kodim 1401/Majene Gotong Royong Bangun Pagar Bambu
    Satgas 408/Sbh Tebar Damai, Doa, dan Kesehatan di Tumbupur

    Ikuti Kami