Iyeth Bustami: Ratu Dangdut Melayu dengan Perjalanan Penuh Warna

    Iyeth Bustami: Ratu Dangdut Melayu dengan Perjalanan Penuh Warna
    Iyeth Bustami

    POLITISI - Perjalanan hidup Sri Barat, yang lebih dikenal dengan nama panggung Iyeth Bustami, adalah sebuah simfoni yang kaya akan nada-nada keindahan musik Melayu, keteguhan hati, dan warna-warni kehidupan. Lahir di Bengkalis pada 24 Agustus 1973, Iyeth tidak hanya dikenal sebagai pelantun lagu-lagu dangdut dan Melayu yang memukau, tetapi juga sebagai sosok berhijab yang ikonik di panggung hiburan Indonesia. Julukan "Ratu Dangdut Melayu" bukanlah sekadar gelar, melainkan cerminan perjalanan panjangnya dalam memelihara dan mempopulerkan khazanah musik warisan leluhur.

    Perjalanan pendidikannya dimulai di tanah kelahirannya, Bengkalis, menamatkan Sekolah Dasar di SD Negeri 02 Bengkalis (1980-1986) dan melanjutkan ke jenjang SMP Negeri 1 Bengkalis (1986-1989). Meski demikian, gairah seni yang membara mendorongnya untuk menyelesaikan pendidikan setara SMA melalui Paket C Kelompok Belajar Cerdas di Binjai, Sumatera Utara, pada tahun 2008. Keputusan ini menunjukkan komitmennya untuk terus berkembang, baik secara akademis maupun profesional.

    Di balik gemerlap panggung, Iyeth Bustami juga merajut kisah kehidupan pribadi yang penuh dengan perjuangan. Pernikahannya dengan Eka Sapta Nugraha pada tahun 2003, yang kala itu dijaga kerahasiaannya dari media, menyimpan cerita pilu tentang fitnah dan hujatan yang ia terima. Keputusan untuk merahasiakan pernikahannya hingga resepsi pada 6 April 2004 di Bali, menjadi saksi bisu betapa ia harus kuat menghadapi badai kehidupan. Buah dari pernikahan ini adalah tiga putri tercinta: Zaviena Bintang Nugraha, Maula Lovieka Nugraha, dan Kayra Safwa Nugraha.

    Sejak bangku SMA tahun 1989, Jakarta menjadi saksi bisu langkah awal Iyeth merajut mimpi di dunia musik. Bergabung dengan perusahaan rekaman, ia segera membuktikan bakatnya dengan merilis serangkaian album yang tak lekang oleh waktu. Album seperti "Dondang Sayang" (1990), "Cup-Cup Trio Dangdut" (1991), dan "Emangnya Aku Pikirin" (1992) di bawah label SKI Records, menjadi bukti awal kesuksesannya. Tak berhenti di situ, ia terus berkarya dengan merilis album "Pop Melayu '40-'60 (Cik Minah Sayang)" dan "Rumah Cinta" di tahun 1994, diikuti "Pop Minang '95 (Album Hati Nan Seso)" (1995), dan "Krisis Cinta" (1998). Kolaborasinya dengan Maheswara Musik Records menghasilkan album "Cinta Hanya Sekali" pada tahun 2000.

    Namun, nama Iyeth Bustami meroket dan mencuri perhatian publik luas setelah ia membawakan lagu legendaris "Laksmana Raja di Laut" pada tahun 2003. Lagu ini tidak hanya menjadi hits besar di Indonesia, tetapi juga membawanya meraih pengakuan hingga ke Malaysia. Keberhasilan ini mengukuhkan posisinya sebagai "Ratu Dangdut Melayu". Prestasi gemilangnya juga diakui pada tahun 2003, ketika ia dinobatkan sebagai "Penyanyi Dangdut Wanita Terbaik" di Anugerah Dangdut TPI 2003. Suara khasnya dengan cengkok Melayu dangdut menjadi ciri khas yang tak terpisahkan dari identitasnya di dunia musik.

    Tak hanya berkiprah di dunia seni, Iyeth Bustami juga mencoba peruntungannya di ranah politik. Pada tahun 2014, ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif untuk Dewan Perwakilan Rakyat pusat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) daerah pemilihan Riau I. Meskipun belum berhasil melenggang ke Senayan, perjuangannya dalam mengumpulkan suara menunjukkan semangatnya untuk berkontribusi pada masyarakat. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 2024, Iyeth kembali terpilih menjadi anggota DPR RI, meraih 80.750 suara.

    Pada tahun 2020, ia kembali melangkah ke kancah politik dengan maju sebagai calon wakil bupati Bengkalis mendampingi Kaderismanto. Meskipun pasangan ini belum berhasil meraih kemenangan, partisipasinya menunjukkan dedikasinya terhadap daerah kelahirannya.

    Perjalanan karier Iyeth Bustami tak lepas dari sorotan dan kontroversi. Lagu "Laksmana Raja di Laut", yang menjadi pilar popularitasnya, ternyata menyimpan cerita perselisihan dengan musisi Riau, Nurham Yahya, yang mengklaim sebagai pencipta lagu tersebut. Kasus ini bahkan berujung ke pengadilan, yang akhirnya memutuskan bahwa lagu tersebut memiliki kemiripan dengan "Nostalgia Aidil Fitri" karya seniman Malaysia, Pak Ngah. Namun, Pak Ngah adalah pencipta melodinya, sementara lirik "Laksmana Raja Di Laut" diakui diciptakan oleh Iyeth Bustami sendiri, sang penyanyi legendaris.

    Diskografi Iyeth Bustami mencakup berbagai album yang menjadi saksi bisu perjalanan kariernya:

    Album

    • Dondang Sayang (1990)
    • Cup-Cup Trio Dangdut (1991)
    • Emangnya Aku Pikirin (1992)
    • Pop Melayu '40-'60 (Cik Minah Sayang) (1994)
    • Rumah Cinta (1994)
    • Pop Minang '95 (Album Hati Nan Seso) (1995)
    • Lancang Kuning (Tahun tidak diketahui)
    • Pamadeh Labuah (1997)
    • Krisis Cinta (1998)
    • Pop Minang Special (2000)
    • Cinta Hanya Sekali (Tahun tidak diketahui)
    • Zapin-Dut: Laksmana Raja di Laut (2003)
    • Mini Album Iyeth Bustami (2008)
    • D'Duta (Delapan Pedangdut Wanita) (2010)
    • Best of The Best Iyeth Bustami (2012)
    • Best of Iyeth Bustami (2016)
    • Symphony Tembang Melayu (2018)

    Karya lagu yang telah dirilisnya juga mewarnai industri musik:

    Karya Lagu

    • "Tulus Cintaku" (2003)
    • "Terbalut Rindu" (Tahun tidak diketahui)
    • "Danau Raja" (2007)
    • "Suamiku" (2014)
    • "Bimbang" (2016)
    • "Si Atan" (Tahun tidak diketahui)
    • "Doaku" (2017)

    Lebih dari sekadar penyanyi, Iyeth Bustami juga kerap tampil sebagai sosok inspiratif di berbagai ajang televisi, baik sebagai juri maupun bintang tamu. Pengalaman ini memperkaya perjalanan kariernya dan memperluas jangkauan pengaruhnya.

    Berbagai penghargaan dan nominasi telah diraihnya, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu figur penting dalam musik dangdut Indonesia. Mulai dari Anugerah Dangdut TPI, Anugerah Musik Indonesia, hingga Anugerah Dangdut Indonesia, prestasinya terus diakui. Penghargaan "Penyanyi Dangdut Original Terbaik" di Anugerah Dangdut Indonesia 2015 dan "Penyanyi Solo Pria/Wanita Dangdut Terbaik" di Anugerah Musik Indonesia 2016 menjadi bukti konsistensinya.

    Perjalanan hidup Iyeth Bustami adalah cerminan dari semangat pantang menyerah, dedikasi terhadap seni, dan keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan. Ia telah membuktikan bahwa ketulusan dalam berkarya dan kekuatan hati mampu mengantarkan seseorang meraih puncak kesuksesan, bahkan di tengah badai kehidupan.(PERS)

    iyeth bustami dangdut melayu ratu dangdut penyanyi indonesia musik melayu karier artis
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Cindy Monica: Pengusaha Muda, Politisi NasDem,...

    Artikel Berikutnya

    Trinovi Khairani Sitorus: Politisi Muda...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Bhabinkamtibmas rutin sosialisasikan QR Code Pada Warganya
    Danpos Kartoharjo Pantau Ujian Kompetensi Penjaringan Perangkat Desa Dengan Metode CAT (Computer Assisted Test) Di Desa Pencol   
    Dukung Badan Gizi Nasional Babinsa Dampingi Distribusi MBG Di Sekolah-Sekolah
    Perkuat Sinergitas TNI-POLRI, Babinsa Dan Bhabinkamtibmas Sambangi Warga Perkuat Pondasi Kamtibmas
    Danposramil Ngariboyo Bersama Forkopimca Ngariboyo Menghadiri Pelaksanaan Kegiatan Penilaian Lomba Siskamling   

    Ikuti Kami