POLITISI - Perjalanan hidup Syamsuar, seorang tokoh yang kini memegang amanah sebagai Gubernur Riau periode 2019–2023, adalah bukti nyata dedikasi dan progresivitas. Lahir pada 8 Juni 1954 di Desa Jumrah, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, ia tumbuh dari keluarga sederhana yang bergelut dengan sektor pertanian.
Perjalanan pendidikan Syamsuar dimulai di kampung halamannya, SD Jumrah, yang diselesaikannya pada tahun 1966. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP di Bagansiapiapi dan SMA di Bengkalis, lulus pada tahun 1972. Semangat untuk terus belajar dan mengabdi mendorongnya untuk mengambil langkah selanjutnya di dunia pemerintahan.
Setelah menamatkan SMA, Syamsuar merantau ke Sawahlunto, Sumatera Barat, untuk bekerja di sebuah tambang batu bara. Pengalaman sebagai buruh memberikannya perspektif yang berharga sebelum akhirnya ia kembali ke tanah Riau dan mengawali kariernya sebagai pegawai honorer di Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Di sela-sela kesibukannya, ia berhasil menempuh pendidikan di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Pekanbaru, yang kemudian membawanya menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1987. Gelar sarjana pun diraihnya dari Universitas Sumatera Utara pada tahun 1990.
Titik balik penting dalam kariernya terjadi saat ia dipercaya menjabat sebagai Camat Siak pada tahun 1996, dilanjutkan dengan memimpin Kecamatan Tanjung Pinang Barat pada tahun 2000. Puncak karier di tingkat daerah diraihnya saat ia menjabat sebagai Wakil Bupati Siak pada tahun 2001. Meski sempat mengalami kekalahan dalam pemilihan bupati pada tahun 2006, ia tak pernah padam semangatnya. Ia terus mengasah diri, meraih gelar magister dari Universitas Riau pada tahun 2005, dan terus berkontribusi di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.
Kiprahnya di ibukota provinsi Riau meliputi posisi strategis seperti Sekretaris Komisi Pemilihan Umum Provinsi pada 2008 dan Inspektur Provinsi pada 2010. Pengalaman ini semakin mematangkan langkahnya untuk kembali ke kancah politik daerah. Pada tahun 2011, Syamsuar kembali bertarung dalam pemilihan Bupati Siak dan kali ini berhasil memenangkan hati masyarakat dengan 38 persen suara. Kepercayaan itu berlanjut, dan ia terpilih kembali pada tahun 2016 dengan mayoritas suara signifikan, 59, 6 persen.
Masa jabatannya sebagai Bupati Siak diwarnai dengan berbagai inisiatif yang membanggakan. Ia turut mempopulerkan penggunaan Tanjak, penutup kepala tradisional Melayu, dengan mewajibkan pemakaiannya bagi pegawai negeri setiap hari Kamis. Kolaborasi dengan konsulat Malaysia di Pekanbaru juga terjalin erat untuk memperkuat hubungan di bidang budaya dan olahraga. Di bawah kepemimpinannya, Kota Tua Siak, saksi bisu kejayaan Kesultanan Siak Sri Indrapura, ditetapkan sebagai Cagar Budaya Indonesia. Siak juga diproyeksikan menjadi kabupaten "hijau" melalui upaya konservasi lahan gambut yang tersisa.
Pada awal tahun 2019, Syamsuar mengambil langkah besar dengan mengundurkan diri sebagai Bupati Siak untuk melanjutkan pengabdiannya di level yang lebih luas. Ia kemudian memenangkan pemilihan Gubernur Riau 2018 bersama pasangannya, Edy Nasution, dengan meraih 38, 2 persen suara. Pelantikan resminya sebagai Gubernur Riau pada 20 Februari 2019 menandai babak baru dalam karier politiknya, sebuah amanah besar untuk memimpin seluruh masyarakat Riau. (PERS)

Updates.