Akbar Tanjung: Jejak Sang Politikus Ulung di Panggung Kekuasaan Indonesia

    Akbar Tanjung: Jejak Sang Politikus Ulung di Panggung Kekuasaan Indonesia
    Akbar Tanjung

    POLITISI - Sejak 14 Agustus 1945, sebuah nama besar mulai menorehkan jejaknya dalam lanskap politik Indonesia. Djandji Akbar Zahiruddin Tandjung, yang akrab disapa Akbar Tanjung, adalah sosok politikus yang tak pernah absen dari pusaran kekuasaan. Pengalamannya membentang luas, dari kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang dijabatnya selama bertahun-tahun, hingga memimpin Partai Golongan Karya (Golkar) dari tahun 1999 hingga 2004.

    Perjalanan Akbar Tanjung di Senayan dimulai sejak tahun 1977, mewakili suara rakyat Jawa Timur hingga 2004. Tak hanya di parlemen, ia juga mengukir sejarah sebagai Ketua Umum Partai Golkar periode 1999-2004, memegang kendali partai berlambang pohon beringin ini di era transisi reformasi.

    Kecemerlangan intelektualnya tak berhenti pada ranah politik praktis. Pada tahun 2007, ia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang Ilmu Politik dari Universitas Gadjah Mada, sebuah pencapaian yang menunjukkan dedikasinya pada pendalaman ilmu kenegaraan.

    Pengalaman Akbar Tanjung tak lepas dari berbagai dinamika politik di bawah pemerintahan Presiden Soeharto dan Bacharuddin Jusuf Habibie. Ia pernah menduduki berbagai posisi menteri, seperti Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (1988-1993), Menteri Negara Perumahan Rakyat (1993-1998), hingga Menteri Sekretaris Negara (1998-1999). Puncak karier legislatifnya adalah saat dipercaya menjabat sebagai Ketua DPR RI periode 1999-2004.

    Namun, perjalanan karier politiknya juga diwarnai oleh tantangan. Pada tahun 2002, sempat tersandung kasus hukum terkait penggelapan dana bantuan, yang kemudian dibatalkan di tingkat banding pada tahun 2004. Peristiwa ini menjadi bagian dari lembaran perjalanan hidupnya yang kompleks.

    Lahir dari pasangan Zahiruddin Tanjung dan Siti Kasmijah, Akbar Tanjung tumbuh di tengah keluarga besar yang berakar dari etnis Pesisir. Ayahnya, seorang pengurus Muhammadiyah yang piawai berbisnis kain dan rempah, menanamkan nilai-nilai kerja keras sejak dini. Sebagai anak ke-13 dari 16 bersaudara, ia terbiasa berjuang dan mengasah kemampuan sejak bangku sekolah dasar di Sorkam, Tapanuli Tengah, hingga menamatkan pendidikan teknik di Universitas Indonesia.

    Aktivisme politiknya dimulai saat menjadi mahasiswa. Pada tahun 1966, ia aktif di Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Universitas Indonesia dan Laskar Ampera Arief Rahman Hakim. Puncaknya, ia terpilih sebagai Ketua Umum HMI Cabang Jakarta pada 1969-1970, serta turut mendirikan Kelompok Cipayung dan Komite Nasional Pemuda Indonesia, menunjukkan semangat juangnya dalam organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan.

    Peranannya di Partai Golkar semakin menguat seiring waktu. Dari Wakil Sekretaris Jenderal DPP Golkar (1983-1988), anggota Dewan Pembina DPP Golkar (1988-1993), hingga Sekretaris Dewan Pembina Golkar (1993-1998), ia terus meniti tangga karier politiknya.

    Saat Indonesia memasuki era reformasi, Akbar Tanjung didapuk sebagai Ketua Umum Partai Golkar periode 1998-2004. Pada 6 Oktober 1999, ia mengukuhkan posisinya sebagai Ketua DPR RI periode 1999-2004, meraih suara mayoritas dalam pemungutan suara yang sengit, mengalahkan kandidat lain dengan perolehan signifikan.

    Meskipun pernah menjadi sorotan publik karena lolos dari jerat hukum, Akbar Tanjung tetap berupaya memberikan kontribusi. Ia sempat merencanakan pencalonan sebagai presiden pada Pemilu 2004, namun langkahnya terhenti dalam konvensi partainya. Setelah tidak lagi menjabat Ketua Umum Golkar, ia melanjutkan kiprahnya dengan mendirikan Akbar Tanjung Institute dan menempuh pendidikan doktoral di Universitas Gadjah Mada.

    Kehidupan pribadinya tak lepas dari dukungan sang istri, Krisnina Maharani, yang memberikannya empat orang putri. Tak hanya itu, darah politik juga mengalir pada dua saudaranya, Yanis dan Usman, yang juga aktif di kancah politik tanah air.

    Pengalaman internasionalnya juga tak kalah mentereng. Pada periode 2002-2003, ia menjabat sebagai President of AIPO (Asean Inter Parliamentary Organization), dan dilanjutkan sebagai President of PUOICM (Parliamentary Union of OIC Members) pada 2003-2004, menunjukkan peran aktifnya dalam forum parlemen regional dan internasional. (PERS) 

    akbar tanjung politik indonesia dpr ri golkar sejarah politik tokoh bangsa orde baru reformasi aktivis mahasiswa pimpinan parlemen
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Satgas Gulben Kodam I/BB Berhasil Temukan...

    Artikel Berikutnya

    Irman Gusman: Dari Pengusaha Kayu Hingga...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Danpos Kartoharjo Pantau Ujian Kompetensi Penjaringan Perangkat Desa Dengan Metode CAT (Computer Assisted Test) Di Desa Pencol   
    Dukung Badan Gizi Nasional Babinsa Dampingi Distribusi MBG Di Sekolah-Sekolah
    Perkuat Sinergitas TNI-POLRI, Babinsa Dan Bhabinkamtibmas Sambangi Warga Perkuat Pondasi Kamtibmas
    Danposramil Ngariboyo Bersama Forkopimca Ngariboyo Menghadiri Pelaksanaan Kegiatan Penilaian Lomba Siskamling   
    Babinsa Koramil 0804/01 Magetan Hadiri Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) Di Kelurahan Mangkujayan   

    Ikuti Kami