POLITISI - Lahir di Bogor pada 13 Mei 1949, Komisaris Jenderal Polisi (Purn.) Drs. H. Adang Daradjatun adalah sosok yang tak asing di kancah kepolisian dan politik Indonesia. Sebagai putra seorang jaksa, jejak langkah Adang Daradjatun sejak awal telah terukir di lingkungan penegakan hukum. Perjalanan kariernya di Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) membawanya pada puncak jabatan sebagai Wakil Kepala Polri dengan pangkat Komisaris Jenderal.
Momen krusial dalam perjalanan hidupnya adalah saat ia memberanikan diri terjun ke arena politik, mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2007. Didukung penuh oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan berpasangan dengan Dani Anwar, ia bersaing ketat dalam kontestasi demokrasi melawan pasangan Fauzi Bowo dan Prijanto. Meski tak meraih kemenangan dalam kontestasi tersebut, pengalaman ini menjadi babak penting dalam karier publiknya.
Setelah menanggalkan seragam cokelat Polri, Adang Daradjatun kembali mengabdikan diri kepada masyarakat melalui jalur legislatif. Ia berhasil terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dari Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta III untuk periode 2014-2019. Kehidupan pribadinya pun tak lepas dari kehangatan keluarga; ia membina rumah tangga dengan Nunun Nurbaetie dan dikaruniai empat orang anak serta enam orang cucu.
Jejak karier Adang Daradjatun di kepolisian terbentang panjang sejak kelulusannya dari Akademi Kepolisian (AKABRI) pada tahun 1971. Berbagai posisi strategis pernah dijabatnya, menunjukkan dedikasi dan profesionalismenya. Dimulai dari Inspektur Dinas Komando Sektor Kota 711 Jakarta Pusat pada tahun 1971, ia terus menapaki jenjang karier.
Beberapa jabatan penting yang pernah dipegangnya antara lain Kepala Seksi Pengawasan Keselamatan Negara (PKN) Komando Sektor Kota 711 Jakpus (1972), Kepala Seksi Sabhara Komando Sektor Kota 722 Jakarta Utara (1975), hingga Ajudan Menhankam Pangab (1976). Pengalaman sebagai Kapolsek Kebayoran Lama Jakarta Selatan pada tahun 1980 dengan pangkat Kapten Polisi memberikannya pemahaman mendalam tentang dinamika masyarakat di tingkat akar rumput.
Perjalanannya berlanjut ke berbagai posisi di lingkungan Polda Metro Jaya, termasuk Kasubbag Anev Srena (1983), Kepala Biro Ops Polres Jaksel (1983), dan Wakil Kapolres Jaksel (1984). Keahliannya dalam bidang intelijen dan pengamanan semakin terasah saat ia memegang jabatan Kabag Sosbud Direktorat Intelijen & Pengamanan Polda Metro Jaya (1986), Kabag Sospol Direktorat Intelijen & Pengamanan Polri (1987), dan Kabag Pengawasan Senjata Api & Bahan Peledak Direktorat Intelijen & Pengamanan Polri (1989).
Kariernya di daerah tak kalah gemilang, dengan menjabat sebagai Kepala Direktorat Intelijen & Pengamanan Polda Maluku pada tahun 1990. Ia juga pernah menjadi Wakil Kepala Subdirektorat Pengawasan Senjata Api & Bahan Peledak Direktorat Intelijen & Pengamanan Polri (1992) sebelum akhirnya berkontribusi sebagai Instruktur Utama di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada tahun 1993.
Peran strategisnya di Mabes Polri terus berlanjut, termasuk sebagai Perwira Pembantu III / Perencanaan Program dan Anggaran Srena POLRI (1994), Wakil Asisten Perencanaan dan Anggaran Kapolri (1 April 1997), hingga Asisten Perencanaan dan Anggaran Kapolri (5 Juli 1997). Puncak karier kepolisiannya ditandai dengan jabatan sebagai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Barat pada tahun 2000, Staf Ahli Kapolri (2001), Kepala Badan Pembinaan Keamanan (Kababinkam) (2002), dan akhirnya sebagai Wakil Kepala Polri (Wakapolri) pada tahun 2004.
Selama masa baktinya, Adang Daradjatun dianugerahi berbagai penghargaan kehormatan, termasuk Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun, Satyalancana Dwidya Sistha, Satyalancana Karya Bhakti, Satyalancana Ksatriya Tamtama, dan Satyalancana Jana Utama. Penghargaan-penghargaan ini menjadi bukti nyata kontribusinya kepada bangsa dan negara.
Dalam ranah elektoral, Adang Daradjatun tercatat pernah menjadi anggota DPR-RI dari Partai Keadilan Sejahtera untuk Dapil DKI Jakarta III pada Pemilu 2009, dan kembali terpilih pada Pemilu 2014 serta 2019. Pengalamannya dalam Pilkada DKI Jakarta 2007, meskipun belum berhasil mengantarkannya sebagai gubernur, menunjukkan semangat juangnya dalam melayani masyarakat. (PERS)

Updates.